puisi langit senja



Langit Senja 

Mentari mengintip di antara semburat keindahan langit senja
Membias sebuah lukisan abstrak yang terlalu indah untuk seongok batu karang terjal di antara deburan ombak
Cahaya biru pekat bercampur sinarnya yang memerah merajut kerinduan hati
Terpaku sepasang mata menatap kelembutan alam yang terkoyak peradaban
Berputar dengan kebekuan yang entah bersumber dari mana
Teringat akan sebuah masa dimana hanya angin yang mendengar
Dimana hanya bangau dan ombak yang melihat
Dimana hanya langit pekat dan kemintang yang merekam
Dan hanya Tuhan yang tau lebih baik dari segalanya
Kemudian terlukis kembali sebuah kata yang terucap entah atas dasar apa
Mengukir dengan pisau diatas sebuah hati yang pernah terluka
Ukiran indah yang selalu menghadirkan senyuman
Hati itu tercabik lalu terbelah-belah
Kembali ujung jilbab itu melambai seakan ingin mengatakan sesuatu tentang sepasang mata itu
Seikat rambut yang ikut tergerai melambai mengintip di sela ujung kain itu
Kosong
Hanya angin, ombak, dan langit yang terdiam
Menyaksikan pergumulan antar dua nyawa
Sebuah pergulatan emosi yang kasat mata
Hampa
Sebuah tepukan di bahu pun hanya mampu membuatnya terkejut sesaat
Lalu diam
Senyum dan tawa yang terasa hambar ketika semua ini hanya fiktif
Ya
Hanya fiktif yang membosankan
Tapi kadang tersirat sebuah perasaan yang sempat terelakkan
Dia merindukan semua kebosanan itu
Bersama kesakitan yang terukir jelas dan akan tetap terukir bersama koyaknya hati
Hati yang mencari sebuah kesejatian
Meniti sebuah jalan setapak yang dia sebut kehidupan

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar